Siaran Pers
Humas Protokol Setda Kota Depok
Rabu, 18 September 2013
Awalnya, gerakan One Day No Rice (ODNR) mendapatkan banyak sikap sinis dari beberapa
pihak, namun, seiring berjalannya waktu dan pemahaman yang terus digulirkan,
ODNR pun mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebenarnya, nilai strategis
dari gerakan ODNR adalah berdampak pada kepedulian atas penyelesaian problema
kelaparan internasional, berdampak pula pada terciptanya lapangan kerja di
seleuruh kabupaten/kota di Indonesia, dan meningkatnya kualitas kesehatan serta kesejahteraan, dengan menilik sumber pangan lokal yang lebih sehat dan yang memiliki
glikemik indeks rendah, sehingga resiko terkena diabetes pun rendah, tutur Walikota
Depok H. Nur Mahmudi Isma’il dalam Upacara Hari Kesadaran Nasional Bulan
September di lapangan Balaikota, Selasa (17/9) lalu.
Pemimpin Kota Belimbing melanjutkan, diberbagai
kesempatan, seperti saat Rakor Apkasi & Apeksi beberapa hari lalu di Bali,
dan saat menjadi narasumber di Universitas Sahid Jakarta, kami selalu
menegaskan, bahwa gerakan ODNR bukanlah sebuah gerakan yang mengharamkan makan nasi
padi dan tidak menghambat intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman padi.
Gerakan ini merupakan gerakan untuk meningkatkan budaya pangan lokal, dengan mengurangi
makan nasi dan menggantinya dengan karbohidrat lokal lainnya, seperti jagung,
singkong, ubi, gembili, sukun, dan masih ada 77 jenis karbohidrat yang tersedia
di Indonesia. Kebanyakan orang
Indonesia, makan nasi sebanyak 3x dalam sehari, dan gerakan ODNR bisa
diimplemtasikan dengan 1x makan nasi dan 2x makan karbohidrat lainnya, maka
kita tidak lagi meng-import beras,
karena kita bisa mengkonsumsi karbohidrat yang bisa disediakan oleh bangsa sendiri.
Bila 2/3 kita ganti dengan jagung, cadangan 22,1 ton. Produktivitas
jagung adalah 4,8 ton/ha dengan jumlah tenaga kerja/ha sebanyak 15 orang. Untuk
menghasilkan 22,1 juta ton, dibutuhkan 22,1 juta ton/4,8 ton, yaitu 4.604.167
ha. Yang artinya, akan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 69 juta tenaga
kerja, bila kita gunakan jagung sebagai pengganti beras. Tak hanya dapat
mengurangi jumlah pengangguran, ODNR pun dapat menyelesaikan masalah
kemiskinan. Dimana untuk mengukur kemiskinan, dapat menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar, dengan metode menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang
terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Komoditi
kebutuhan dasar makanan (GKM) diwakili oleh 52 jenis komoditi (seperti padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, dll), dan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dll, yang diwakili oleh 51 jenis
komoditi. Menurut BPS, komoditi yang memberikan pengaruh besar pada
kenaikan GK pada September 2012, adalah Beras dan Rokok. Untuk itu, ayo kita
kurangi konsumsi beras dan rokok.
Garis Kemiskinan (GK) saat ini Rp. 259.520,-
atau sekitar 11,6 % dengan total konsumsi 1.865,30 kkal/kap/hr. Dimana konsumsi
padi-padian sebanyak 886,84 kkal/kap/hr, 81,73 % adalah nasi/beras dan 14,35 %
jagung. Misalkan harga beras Rp. 9000/kg dan harga jagung Rp. 3.500/kg, dan
bila kita 2x makan jagung dalam sehari, maka
konsumsi beras akan turun menjadi 32,02 % dan konsumsi jagung akan naik sebesar
64,05 %, yang artinya dapat menurunkan GK sebesar 31,5 % atau GK menjadi Rp.
177.770,-, kemiskinan pun terselesaikan dengan ODNR. Pahami ODNR karena
memiliki dampak yang sangat positif dan luas, sebagai sebuah gerakan membangun kembali
dan menyempurnakan budaya makan aneka pangan lokal menuju Indonesia sehat dan
sejahtera. (olas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar