Press
Release
Minggu,
11 November 2012
Peluncuran
buku yang berjudul One Day No Rice digelar
di Restoran Mang Kabayan Margonda dengan menghadirkan Helmi Yahya sebagai
moderator dan Jarwo Kuat sebagai MC, Minggu (11/11). Peluncuran buku yang
dikemas dalam bentuk talkshow ini, dihadiri oleh beberapa tokoh, diantaranya
Kepala Ketahanan Pangan RI Ahmad Suryana, mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Bupati Nias, dan
Dubes India Andi Galib. Peluncurun buku juga dihadiri oleh Sekretaris Daerah
Kota Depok beserta jajarannya, dan diramaikan oleh para siswa SD Kota Depok
yang menyumbangkan suaranya lewat lagu dan puisi tentang One Day No Rice (ODNR).
Kepala Badan Ketahanan Pangan RI memberikan apresiasi
kepada Walikota Depok, dan mengatakan, gerakan ODNR yang diusung oleh Walikota
Depok bukanlah gerakan untuk orang Depok saja, tetapi untuk nasional. “Gerakan
ODNR adalah upaya untuk meningkatkan kualitas makanan yang beragam, bergizi,
berimbang, dan aman, yang mengarah pada kualitas asupan gizi yang baik” tutur
Ahmad Suryana seraya menambahkan, gerakan ODNR merupakan salah satu semangat untuk
memperkuat ketahanan pangan, dengan mengkonsumsi karbohidrat lokal non padi.
Terlalu banyak mengkonsumsi beras tidak
baik bagi kesehatan, karena berpotensi diabetes. Ketergantungan orang
Indonesia terhadap beras juga akan memicu tingginya permintaan terhadap beras
sehingga harus impor.
Pemimpin Kota
Belimbing mengatakan, buku ini diterbitkan sebagai ilustrasi kesungguhan untuk
menggarap ODNR secara menyeluruh. “Bermula dari kebiasaan orang Indonesia yang
telah terlanjur dan salah kaprah, sehinggga menjadikan beras sebagai sumber
karbohidrat utama dan mulia/sejahtera. Padahal, kita memiliki potensi lahan
untuk menanam sumber-sumber karbohidrat non padi yang kandungan gizinya setara
dengan beras. ODNR bukanlah gerakan yang mengharamkan nasi, tetapi untuk
mengajak mengkonsumsi karbo non padi sehingga menghargai sumber karbo lokal,
selain padi. ODNR bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dengan pola makan yang
sehat. ODNR juga memiliki dampak positif bagi kesehatan, pemberdayaan ekonomi,
dan kebangkitan pangan lokal” papar Walikota mengatakan buku ini baru ”kulit”
saja dan sengaja dikemas dengan bahasa ringan agar mudah dipahami oleh
masyarakat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nur Mahmudi
juga memaparkan rentetan sejarah dan peraturan sehingga tercetuslah ODNR.
Walikota tak patah arang dalam mengajak masyarakat untuk mengubah pola
makannya, walau banyak cibiran tentang ODNR yang menghadang. Hal itu dilakukan demi
terciptanya pola makan yang sehat, membangkitkan sumber karbo lokal non padi,
dan menuju ketahanan pangan. “Kami juga bekerjasama dengan berbagai pihak
untuk mencari alternatif menu non padi, seperti beras analog. Beras tersebut
adalah hasil olahan jagung dan tebu yang dibuat mirip dengan butiran beras
sehingga bentuknya seperti nasi. Beras analog telah dijual di koperasi PKK
dengan harga Rp 9.000 per kilogram” tutur Walikota yang menginformasikan akan
ada tiga judul buku lagi yang akan diterbitkan.
Mantan
Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid juga memberikan apresiasi terhadap gerakan ODNR. "Ini
merupakan langkah yang baik, karena Kepala Daerah memikiran kebutuhan tingkat
nasional" ujar Hidayat Nur Wahid. Dalam kesempatan itu, Marketing
Penerbit Buku Gramedia Budiana, menginformasikan pembauatan buku ini hanya
memakan waktu satu bulan dan akan tersedia di toko-toko buku pada 26
November mendatang. (ols)
saya sangat yakin program ini takkan berhasil dan akan dilupakan orang, karena terlalu memaksakan diri.
BalasHapusmenurut saya ada yg tak kalah penting, yaitu bgmn pemerintah bisa meningkatkan produksi beras dalam negeri, kembali swasembada seperti dulu.
Kita punya IPB, Pak Nur alumnusnya, seharusnya bisa terus berinovasi supaya beras lebih berkualitas, panen lebih sering, dan yang paling penting adalah menekan tingkat impor, yg saat ini sudah terlalu tinggi.
Ironis, kita negara agraris tapi bahan makanan pokoknya saja harus impor, karena petani kurang diperhatikan, petani sulit kaya padahal mereka memberi makan orang Indonesia, sementara lahan digerus oleh beton-beton, teknologi stagnan, importir serakah, perilaku korup, dan lain-lain.
Semestinya Pak Nur sebagai alumnus bisa mendorong instansi2 terkait supaya bisa meningkatkan produksi beras kita, menjadikan petani lebih sejatera, ketimbang menyuruh orang untuk tidak makan nasi.