Senin, 24 Juni 2013

Atasi Kenaikan BBM Dengan Konversi BBG dan Hidup Hemat



Siaran Pers
Humas Protokol Setda Kota Depok
Senin, 24 Juni 2013

Terkait dengan kenaikan harga BBM yang diumumkan pada beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Depok bersama dengan Organda, Dishub dan Kepolisian Kota Depok menggelar rapat untuk menentukan kenaikan tarif angkot di Kota Depok (hasil rapat tersebut akan ditaungkan dalam Perwa/Peraturan Walikota). Hal tersebut dilakukan karena kenaikan harga BBM pasti diikuti dengan kenaikan tarif angkot. Tak hanya tarif angkot, kenaikan BBM juga akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok. Hari ini, Walikota Depok H Nur Mahmudi Isma’il sengaja menggunakan angkot dan ojek dari rumahnya menuju Balaikota, dengan tujuan melihat perubahan tarif pasca kenaikan BBM.

 Dalam pantauannya, Walikota menemukan telah ada angkot yang menaikan tarif hingga 60%, padahal Perwa tentang kenaikan tarif angkot belum ada, karena rapatnya masih berlangsung hari ini. Angkot yang telah menaikan tarifnya adalah angkot 06 jurusan Simpangan–Depok, yang semula Rp 2.500 menjadi Rp 4.000. “Kenaikan tarif angkot tersebut telah melebihi kenaikan kenaikan BBM, yaitu premium sebesar 44% dan solar sebesar 22%. Kami mengusahakan dan memperjuangkan untuk kenaikan tarif angkot di Kota Depok sebesar 30%, karena dari pihak Organda meminta kenaikan sebesar 35%. Kami berharap, pihak Organda tidak mengambil kesempatan dengan situasi ini dan menyetujui usulan kami. Semoga rapat ini berakhir dengan kenaikan tarif sebesar 30%, karena itu juga sudah cukup tinggi menurut kami. Semoga tarif kenaikan angkot nanti tidak merugikan pihak Organda dan masyarakat” harap Walikota.

Terkait dengan kenaikan harga BBM, Pemerintah Kota Depok juga mendesak Pemerintah Pusat melalui Kementerian ESDM agar mempercepat Program Konversi BBM menjadi BBG, dengan asumsi harga BBG lebih murah 30-40% serta lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi. Walikota juga meminta warga untuk meningkatkan dan menumbuhkan gaya hidup hemat untuk seluruh kebutuhan, baik kebutuhan pokok, sekunder, maupun tersier. “Belajar hemat, hemat itu bukan berarti pelit. Kita juga harus belajar dan meningkatkan pola hidup hemat dalam seluruh pembelanjaan kehidupan, dan utamakan belanja produk-produk Indonesia” tutur Walikota diruang kerjanya, Senin (24/6) siang. Pemimpin Kota Belimbing juga meminta warga untuk mengambil kesempatan dalam keadaan seperti ini, dengan meningkatkan kreativitas dan produktivatas dalam menciptakan sebuah produk, minimal untuk bangsa sendiri. Warga harus bekerja keras, berkreasi, dan inovatif dalam menciptakan produk-produk kebutuhan, pinta Walikota.

Orang nomer satu di Kota Depok juga mendesak Pemerintah Pusat untuk lebih serius memperbesar usaha konversi BBm menjadi BBG secara masif, baik untuk angkotan umum, kendaraan pemerintah, dan kenderaan pribadi. “Ikuti negara-negara lain yang telah melaksanakan konversi BBM ke BBG-V atau Bahan Bakar Gas Vehicle, seperti Iran, Pakistan, Irak, dan Cina” tutupnya. Pemerintah Kota Depok juga siap untuk membantu penyediaan alat konversi BBG, jika Pemerintah Pusat kekurangan alat konversi untuk angkutan umum. Terkait dengan konversi BBM dan BBG, Walikota Depok mengatakan ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan, yaitu mengaktifkan atau mengoperasikan SPBG yang ada di Jalan Margonda dan lakukan penambahan SPBG di Kota Depok. Penambahan lokasi SPBG bisa dilakukan di 3 lokasi, yaitu di Beji, Cinere, dan Jalan Raya Bogor.

Senada, Wakil Walikota Depok H M Idris Abdul Shomad juga meminta masyarakat untuk hemat. “Dengan kenaikan harga BBM yang mengakibatkan kenaikan bahan-bahan sembako dan kenaikan tarif transportasi serta barang-barang lain, saya berharap kepada seluruh aparatur dan warga Depok untuk hidup hemat, tidak boros , dan tidak mubazir. Kita harus hidup sederhana dan tinggalkan pola hidup hedonisme” tutur Wakil Walikota usai membuka Sarasahen Dakwah di MUI Kota Depok. (olas) 

Kepala Bagian Humas & Protokol
Setda Kota Depok
Diah Sadiah S.Sos, M.Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar