Kamis, 16 Agustus 2012

Peringati Napak Tilas Rengasdengklok, Walikota Jalan Kaki Dari Rumah Menuju Kantor


Peringati Napak Tilas Rengasdengklok, Walikota Jalan Kaki Dari Rumah Menuju Kantor

Press Releas
Humas dan Protokol Setda Kota Depok
Rabu, 15 Agustus 2012

Rabu, (15/8) adalah 2 hari menuju peringatan HUT RI ke- 67, Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il melakukan perjalanannya ke kantor, dengan berjalan kaki dari kediamanya di Griya Tugu Asri Depok. Beliau melakukan perjalanan dengan rute, rumah- akses ui-margonda.
Latar belakang Beliau berjalan kaki dari rumah menuju kantor diwaktu menjalankan ibadah berpuasa, adalah Beliau ingin mereview atau napak tilas semangat peristiwa rengasdengklok, sekaligus merasakan perjuangan, semangat 45 Para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus melaksanakan menjawab tuntutan ODNC, sebuah gerakan yang Beliau ciptakan.
Peringatan HUT Republik Indonesia ke-67 jatuh pada Jum’at, tanggal 17 Agustus 2012. Hal tersebut bertepatan pada 67 tahun lalu, dimana Naskah Proklamasi yang juga dibacakan pada hari Jum’at, 17 Agustus dan di bulan Ramadhan Tahun 1945. Begitu bermaknanya kesamaan tanggal dan bulan Ramadhan, yang juga sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, dimana perang badar pun berlangsung dibulan Ramdhan. Namun para Pejuang kemerdekaan dan Zaman Nabi Muhammad tersebut penuh semangat, dan perjuangan yang penuh keiklhasan. Suatu nilai yang patut kita contoh, Sebuah semangat yang berkobar dan positif demi meraih sebuah kemenangan. Kewajiban Kita saat ini adalah mengisi kemerdekaan dan semangat yang tidak pernah padam, dengan melakukan yang terbaik pada pekerjaan, dan pengabdian terhadap negara Republik Indonesia, ” pungkas Nur Mahmudi.
Sepanjang Perjalananya menuju kantor,  Walikota berbincang dengan beberapa warganya, melihat keadaan jalan, dan kebersihan lingkungan, serta keadaan drainase. Berbincang dengan warga, tanpa mengenalkan dirinya (seorang Walikota) adalah hal yang sering dilakukannya, Nur Mahmudi Isma’il ingin mengenal dan mendengar aspirasi warga Depok serta lebih akrab dengan seluruh kalangan dimasyarakat. Beliau berharap, agar warga senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dari sampah-sampah, memastikan saluran drainase bersih dan tidak tersumbat, dan jangan membakar sampah. Beberapa hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama, apalagi kita selaku mahluk hidup wajib menjaga kebersihan lingkungan,”tutur Beliau.
Marilah kita kobarkan semangat Kemerdekaan, dan merasakan/ menghayati serta menghargai semangat dari peristiwa perjuangan menuju Kemerdekaan RI dengan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Tak lupa Beliau mengingatkan seluruh wilayah di Kota Depok agar menyambut HUT RI dengan meriah, dan jangan lupa memasang bendera Merah Putih di Depan Rumah masing-masing, serta menghias gapura dan lingkungan dengan ornamen merah putih.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31″ terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Jakarta, bukan di Rengasdengklok, bukan di rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong yang diusir dari rumahnya oleh anggota PETA agar dapat ditempati oleh “rombongan dari Jakarta”. Naskah teks proklamasi di susun di rumah Laksamana Muda Maeda di Jakarta, bukan di Rengasdengklok. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Rabu tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.(Disadur dari wikipedia.com) (wg)
Kepala bagian
Humas dan protokol
Setda Kota Depok
Diah Sadiah, S.Sos.MSi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar