Rabu, 26 Juni 2013

Seminar dan Simposium Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2013

Siaran Pers
Humas Protokol Setda Kota Depok
Selasa, 25 Juni 2013


Walikota Depok H Nur Mahmudi Isma’il hadir dalam Seminar dan Simposium Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2013, yang digelar di Balai Kartini Jakarta, Selasa (25/6). Seminar yang akan berlangsung selama 2 hari ini secara resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi, dan ditandai dengan pemukulan gong. Dalam kesempatan itu, Menkes RI Nafsiah Mboi mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki problema kurang gizi dan lebih gizi terjadi di segala usia. Ia juga mengatakan, di tengah-tengah masyarakat juga sudah merebak berbagai penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya. Penyakit-penyakit tersebut termasuk penyakit berbiaya tinggi untuk proses pengobatan.

Data menunjukkan, 31,7 % orang indonesia mengalami hipertensi, 12% dari data tersebut dialami oleh orang berusia 18-24 tahun. Penyakit lainnya, sekitar 20% dari masyarakat Indonesia mengalami obesitas (kegemukan). Yang menarik, kasus hipertensi dan obesitas ini tidak hanya diderita oleh orang kaya, tetapi juga dialami orang miskin. Menurut Walikota Depok Nur Mahmudi Isma'l, fenomena ini menunjukkan, kasus yang dialami warga miskin ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang relatif murah, terjangkau, namun berkualitas gizi rendah yang didominasi oleh unsur karbohidrat dan lemak saja. Antara lain, berbagai produk mie yang dijajakan dengan berbagai penyedap rasa dan mengandung lemak, namun tidak diimbangi dengan asupan gizi seimbang.

Menurut Pemimpin Kota Depok, fenomena hipertensi dan obesitas yang dialami orang kaya, ada dua kemungkinan. Pertama, adanya ketidakpahaman tentang proporsi asupan gizi. Sehingga mereka makan-makanan yang kurang bergizi dalam jumlah berlebih. Kedua, kalaupun mereka yang paham tentang gizi, mereka mengkonsumsi makanan bergizi baik, tetapi dikonsumsi dalam jumlah berlebih karena faktor selera dan rasa yang tidak terkendali. Bahkan karena didominasi gaya hidup serba ada, serba gampang, ingin menunjukkan status sosial dan gengsi, seringkali membuat nafsu makan mereka berlebih tanpa memperhatikan kondisi kesehatan.

“Perlu dilakukan penerapkan pemberian asupan dengan gizi baik pada setiap usia (proporsional dan berkualitas). Selain itu, harus dibarengi dengan aktifitas fisik yang cukup” tutur Walikota Depok memberi solusi. Di sisi lain, Deputi Bidang SDM dan kebudayaan Bappenas Nina Sardjunani menyampaikan Indonesia harus mensukseskan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi sebagai implementasi Scaling Up Nutrition (SUN) Movement di Indonesia dengan konsentrasi mengurangi penderita Balita Stunting (Balita pendek/kuntet). Sebab, Indonesia termasuk diantara 50 negara di dunia yang memiliki bayi kuntet terbanyak. Hal ini perlu diatasi dengan gerakan multisektor sesuai dengan Perpres No 42 tahun 2013 tentang gerakan nasional percepatan perbaikan gizi yang baru diluncurkan Mei 2013 lalu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar