Siaran Pers
Humas Protokol Setda Kota Depok
Selasa, 25 Juni 2013
Kota Depok menjadi salah satu kota yang ikut dinilai oleh peneliti Survey METER dan Center
for Ageing Studies, Universitas Indonesia tentang
kesesuaiannya memenuhi kreteria Kota Ramah Lanjut Usia WHO. Pada thun 2002 WHO mengeluarkan pedoman kota ramah lanjut usia (Age
Fieldly Cities giudeline) merespon dua
fenomena demografi, jumlah penduduk lanjut usia yang meningkat pesat dan
urbanisasi yang tinggi, yang mengglobal.
Check list pedoman WHO ini
mencakup 8 dimensi yaitu: Gedung dan Ruang Terbuka, Transportasi,
Perumahan, Partisipasi Sosial, Penghormatan dan Keterlibatan Sosial, Partisipasi
Sipil dan Pekerjaan, Komunikasi dan Informasi, Dukungan Masyarakat dan
Kesehatan.
Check list delapan dimensi kota ramah
lansia yang dibuat WHO ini sangat komprehensif memperhatikan semua asfek
ligkungan yang mensupport kehidupan seseorang, sehingga sesunggunya jika telah
memenuhi indikator-indikator tersebut, bukan hanya menjadikan satu tempat ramah
untuk lanjut usia saja, tetapi menjadi ramah untuk semua kelompok umur dan
kelompok rentan lainnya termasuk anak-anak, kaum defabel dan juga perempuan.
Misalnya trotoar bebas hambatan meningkatkan mobilitas dan kemandirian orang
cacat muda dan tua, ibu hamil dan perempuan termasuk anak.
Penuaan merupakan suatu proses alami dimana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental, sosial secara bertahap. Namun demikian,
dibandingkan kelompok usia lainnya, lanjut usia memiliki kelebihan dalam hal
keahlian, pengalaman, jaringan, kearifan dan waktu yang bisa di kembangkan dan
diberdayakan sehingga tetap merupakan aset bagi keluarga dan komunitas dalam
bidang ekonomi maupun sosial. Adanya lingkungan fisik, infrastuktur, sosial,
ekonomi dan lingkungan hidup seperti yang diisyaratkan oleh delapan dimensi
kota ramah lanjut usia, WHO akan mendukung terciptanya lanjut usia sehat, aktif
dalam bidang sosial dan juga ekonomi serta sejahtera dan bahagia.
Secara keseluruhan studi yang dilakukan pada bulan Januari-maret
2013 ini, melaksanakan kegiatan studinya di 14 kota besar
dan kota kecil di Indonesia yaitu Kota Medan, Kota
Payakumbuh, Kota Mataram, Kota Denpasar, Kota
Jakarta Pusat, Kota Depok, Kota Yogyakarta, Kota Solo, Kota
Surabaya, Kota Malang, Kota Makasar, Kota Balikpapan, Kota Semarang dan Kota
Bandung. Dalam studi ini, wawancara dilakukan kepada
2.100 orang laki-laki dan perempuan, kelompok umur pralanjut Usia dan lanjut Usia yang tersebar di 14 kota
tersebut. Disamping itu tim juga mewawancarai SKPD terkait dengan 8 dimensi
Kota Ramah Lanjut Usia dan 140 kelurahan lokasi survei. Studi kualitatif
tentang praktik terbaik di 6 kota ikut memperkaya studi ini.
Studi yang menggunakan 95 daftar indikator
penting kota ramah lanjut usia WHO ini selain mendokumentasikan penilaian masyarakat, SKPD, kelurahan dan obersrvasi pewawancara tentang kesuaian kota atas indikator-indikator
kota ramah lansia WHO juga mendokumentasikan pratek terbaik dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintahdan berbagai pemangku
kebijakan lainnya dalam mewujudkan Kota Ramah Lansia. Output dari studi
adalah data dasar tentang penilaian kota ramah lansia dalam bentuk diskriptif
dan indeks total dan setiap dimensi. Hasil studi ini diharapkan bisa membantu memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam
membuat kebijakan menciptakan Kota Ramah Lansia
tahun 2030.
Hasil studi ini memperlihakan tingkat kesuaian kota Depok memenuhi
kriteria kota ramah lanjut usia WHO 41.6%,
hampir sama dengan keadaan umumnya di 14 kota Indonesia yang baru
mencapai 42.9%. Dimensi kota ramah lanjut usia yang terdepan di kota Depok
adalah Komunikasi dan Informasi 57% dan
Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan 55%. Kedua dimensi ini
sedikit lebih baik ibandingkan dengan keadaan Indonesia secara umum di
14 Kota. Dimensi Kota Ramah
lanjut usia yang masih kurang di Kota Depok dan juga di Indonesia pada umumnya
adalah partisipasi sipil dan pekerjaan
(10%), gedung dan ruang terbuka (32%) dan perumahan (34%).
Srategi menuju kota ramah lanjut usia 2030 , dapat
dimulai dengan membenahi indikator yang
pencapaiannya rendah, tidak memerlukan banyak dana dan melibatkan semua
pemangku kepentingan. Hasil studi ini mensupply
assesmen, data, rekomendasi yang diperluan untuk perencanaan menuju kota ramah lanjut usia
2030. Namun diatas segalanya diperlukan komitmen dari pemerintahan kota
dan pemangku kepentingan lainnya untuk
bisa menggapai kota Depok menjadi ramah lanjut usia 2030. Mari bersama-sama kita ujudkan Kota Depok
Sebagai Kota Ramah Lanjut Usia 2030.
Wakil Walikota Depok dalam sambutan
dan pengarahannya setelah pemaparan hasil studi di Kontor Walikota Depok, Selasa (25/6) siang, menyatakan aparatur perlu
mendukung program Kota ramah lanjut usia 2030 sehingga tidak ada nantinya
lansia yang “berkeliaran” di jalan-jalan tetapi Lanjut Usia adanya di taman
bersantai dengan para cucu. “Program kota ramah lansia akan disinergikan
dengan program kota layak anak dan kota
sehat. Di Kota Depok,
akan dicanangkan Kota Ramah Lansia pada tahun 2014, karena Depok
sudah memiliki konsep dan program untuk Kota Ramah Lansia.
Kota Depok merupakan salah satu dari 4 kota besar di Indonesia yang akan
menjadi percontohan kota ramah lansia pada 2014 mendatang” tutur Wakil Walikota. (H.O.A.C/olas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar