Rabu, 29 Januari 2014

Walikota Menjadi Narasumber Ketahanan Pangan di Mabes TNI



Siaran Pers
Humas dan Protokol Setda Kota Depok
Rabu, 29 Januari 2014

 
Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il menjadi narasumber kegiatan sosialisasi ketahanan pangan nasional bertempat di GOR Ahmad Yani Mabes Tni Cilangkap Jakarta, Rabu (29/1) pagi. Sosialisasi yang diikuti oleh sekitar 1300 personil TNI ini, mengusung tema “Bersama TNI dan Rakyat Indonesia Kita Wujudkan Indonesia Sehat dan Sejahtera dengan Lebih Mencintai Pangan Lokal Nusantara”. Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen S Wijanarko sempat mengatakan bahwa ketahanan pangan ibarat perang berlarut, karena kita harus benar-benar pintar me-manage otak supaya kita dapat berpikir bagus. 

Saat perang berlarut kita harus benar-benar mempersiapkan logistik, baik dalam perang di laut, darat, maupun udara. Begitu juga dengan ketahanan pangan nasional, harus kita wujudkan dengan memikirkan bagaimana cara membangkitkan kembali potensi pangan lokal yang kita miliki. “Yang paling mudah adalah dengan konsep lele. Lele digoreng dan dilengkapi dengan sambal serta daun kemangi, sehingga kita bisa menyantapnya dengan kentang, jagung, dan lain-lain. Apalagi bila cabe dan kemanginya dipetik dari pekarangan kita. Untuk itu, bagi yang punya lahan kosong, harus dimanfaatkan dengan menanam. Bagi yang belom, mohon dipersiapkan. Walaupun jendral, jangan pernah malu untuk bertanam” himbau Aster Wijanarko.

Awali paparan, Walikota menceritakan bahwa tak jarang dari kita yang telah terdistorsi dengan gaya/pola makan yang salah. Sehingga pada tahun 2010, pangsa pangan selain beras  dalam pola konsumsi pokok nyaris hilang. Untuk itu, mari kita selamatkan aneka jenis makanan ini (77 jenis karbohidrat, selain nasi/padi). Agar bisa diturunkan kepada generasi penerus kita. Tak hanya itu, dengan mengurangi/mengganti makanan pokok (beras) kita, maka akan meminimalisir diabetes. Karena diabetes itu adalah harga mati, seperti NKRI adalah harga mati. Saat ini, Indonesia merupakan negara ke-4 didunia yang paling banyak penderita diabetesnya. Beralihlah dengan karbohidrat lain yang memiliki glikemiks indeks yang rendah, seperti jagung, gembili, sukun dan masih banyak lagi. “Jangan merasa terbelakang, kere, dan pelit dengan mengkonsumsi makanan tersebut. Karena makanan tersebut adalah makanan yang menyehatkan. Seperti yang dikatakan oleh Aster Wijanarko, lengkapi karbohidrat tersebut dengan lauk dan sayur sehingga memiliki gizi yang seimbang. Jadi, apapun karbohidratnya, yang penting lauknya. Stop budaya makan yang tidak menyehatkan dan jangan selalu import, dengan pemahaman dan mengetahui manfaatnya” tegas Walikota seraya melanjutkan paparannya tentang revolusi mindset sehingga tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi harga yang terjadi dan NKRI lebih berwibawa karena bisa mensuplay dunia.

Pemimpin kota Belimbing memandang bahwa TNI merupakan salah satu tulang punggung yang diajak untuk membuka wawasan, menambah dan mengrubah wawasan masyarakat, dimulai dari prajuritnya. Bila para prajurit sudah memahami pola makan yang benar, kemudian dampak tentang pola makan yang benar, dampak positif tentang ketahanan pangan nasional, dampak positif menciptakan keadilan sosial dan ketertiban, serta keadilian sosial bagi dunia. Maka kita memiliki potensi untuk mengubah pola makan kita. Dari 3x sehari makan nasi, diubah menjadi makan nasi 1x atau 2x dalam sehari, dengan mengkonsumsi produk-produk lokal yang kita miliki. Dengan begitu, ternyata kita memiliki dampak berupa akumulasi beras senilai 2,2 jut ton atau sentara dengan 165 T, yang merupakan potensi devisa negara. Tak hanya itu, kita juga dapat memperkokoh ketahanan pangan nasional dan status NKRI lebih berwibawa dikalangan dunia, bahkan dapat membantu negara lain, karena di dunai masih ada sekitar 800 juta org yang kekurangan makanan, tutur Walikota.

Aster Wijanarko mengaku materi yang disampaikan oleh Walikota Depok sangat bagus dan memberikan pencerahan, serta akan diaplikasikan secepatnya di Mabes TNI. Aplikasi ini akan secepatnya direalisasikan agar tidak ada tentara yang kegendutan. Tidak susah bagi kita, apalagi kita berasal dari desa, yang dulunya terbiasa makan tiwul. “Wajib hukumnya untuk mengaplikasikan, apalagi saya sudah mulai agak gendut. Saya biasanya dengan berpuasa senin kamis. Mari bersama kita laksanakan tidak makan beras semampu kita, syukur-syukur bisa setiap sehari seperti Pa Walikota. Bila tidak bisa, kita coba dulu 1x dalam seminggu. lalu bertahap 2x dan seterusnya” tutur Aster Wijanarko yang saat ini sedang menulis buku.(olas)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar