Kamis, 18 April 2013

Olahraga Bukan Pemicu Silent Killer

Humas Protokol Setda Kota Depok
Siaran Pers
Kamis, 18 April 2013

Akhir-akhir ini, berita kematian mendadak setelah melakukan aktivitas olahraga kerap terjadi, dan beberapa tokoh selebriti Indonesia mengalaminya, diantaranya Adjie Masaid yang meninggal usai bermain badminton. Padahal, selama ini olahraga dianggap sebagai bagian penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Lalu, apakah olahraga dapat meningkatkan risiko kematian mendadak (silent killer)??.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, RSUD Kota Depok menggelar seminar kesehatan yang mengusung tema “Antisipasi Kejadian Kematian Mendadak (Silent Killer)” bagi masyarakat awam, Kamis (18/4) pagi. Seminar yang berlangsung di Aula Lt. 1 Balaikota ini, secara resmi dibuka oleh Wakil Walikota Depok H M Idris Abdul Shomad, dan menghadirkan tiga narasumber dari RSCM dan RS Pasar Rebo, yaitu (1) Dr. Nur Asiah, MS, SpGK yang akan membahas tentang pola makan sehat menunjang hidup sehat, (2) dr. Munadi MD, mengulas tentang antisipasi resiko kematian mendadak (Sudden death), dan (3) dr. Ade Jeanne D. L Tobing yang mengupas tentang kurang gerak berisiko serangan jantung.

Direktur RSUD Kota Depok Dr. N. Lies Karmawati menginformasikan seminar ini ditujukan untuk 200 peserta yang berasal dari puskesmas, OPD, kader PKK, LSM dan stakeholder. Rumah Sakit sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien harus selalu mengembangkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara terus menerus dan berkesinambungan. “Seminar ini bertujuan untuk turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Depok. Pemilihan tema disesuaikan dengan kebutuhan saat ini, seperti salah satu kasus yang banyak terjadi di masyarakat adalah kejadian kematian mendadak (silent killer). Dengan seminar ini, diharapkan masyarakat mengetahui tentang penyebab kematian mendadak sehingga bisa mengantisipasinya” ujar Lies Karmawati.

Penelitian tentang apakah benar olahraga meningkatkan kematian mendadak, menyimpulkan 51 kasus kematian disebabkan oleh masalah arteri koroner, 4 kasus karena katup jantung dan 2 kasus karena aritmia. Dalam penelitian ini terlihat, adanya kemungkinan olahraga meningkatkan risiko kematian mendadak, jika olahraga tersebut dilakukan terlalu memforsir dan menimbulkan stres. Wakil Walikota mengatakan, umumnya penyebab kematian mendadak (silent killer) pasca olahraga adalah penyakit kardiovaskular, dan terjadi pada orang yang melakukan olahraga kompetitif, seperti sepak bola, futsal, badminton, berenang, tenis atau lari maraton.

“orang yang secara fisik terlihat sehat pun memerlukan pemeriksaan penunjang. Mengukur kondisi tubuh saat berolahraga mampu mengurangi kemungkinan olahraga meningkatkan risiko silent killer. Pada saat latihan berat dilakukan, terkadang terjadi keram otot jantung ataupun kejang arteri koroner. Hal ini biasa terjadi jika awal olahraga langsung dengan latihan berat. Keram otot jantung dan kejang arteri ini berkontribusi pada kurangnya pasokan oksigen ke jantung. Ini mungkin menjadsalah satu faktor penyebab mengapa olahraga meningkatkan risiko silent killer. Walaupun beberapa kejadian olahraga dan kematian mendadak terjadi, bukan berarti olahraga sebagai satu satunya pemicu, dan bukan berarti olahraga menjadi sebuah masalah” tutur Wakil Walikota.

Penelitian mengungkapkan orang-orang yang mengetahui memiliki penyakit kardiovaskuler, akan terbantu dengan olahraga teratur. Walaupun, pada kasus orang yang memiliki penyakit jantung, risiko kematian mungkin terjadi sesudah berolahraga yang diforsir tidak sesuai kondisi. “Sebaikmya, biasakan memulai olahraga dengan yang ringan-ringan terlebih dahulu dan menghitung denyut nadi pada saat awal dan sesudah pemanasan, untuk menilai apakah selama olahraga jantung tidak akan terlalu lelah mensuplai oksigen untuk tubuh” himbau Wakil Walikota yang menyarankan untuk melakukan pemeriksaan jantung dan menerapkan gaya hidup yang sehat.

Dr. Nur Asiah, MS, SpGK menyimpulkan silent killer berhubungan dengan berat badan berlebihan dan berat badan kurang serta kadar kolesterol dalam tubuh. Untuk itu, jaga barat badan dan kolesterol dengan mengkonsumsi zat gizi yang seimbang. dr. Munadi MD mengatakan angka kematian mendadak kian hari makin meningkat. Namun, pengendalian faktor-faktor resiko, resiko kematian mendadak bisa dihindari. dr. Ade Jeanne D. L Tobing menyimpulkan merubah pola hidup menjadi lebih aktif dengan melakukan aktivitas minimal 30 menit sehari. “Lakukan latihan fisik untuk memelihara/ meningkatkan kebugaran, dan latihan fisik harus diprogram secara individual” tutur Ade Jeanne. (ols)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar